Lelah, IYA LELAH dengan semua kata dan
pengertian munafik ini. Muak sudah ku melihat kenyataan. Rasa-rasa nya aku lebih
memilih kebohongan dari kebenaran yang ada. Terlalu sakit aku melihat kenyataan
dan realitas. Lari dari kehidupan berarti berkata selamat datang kepada
kematian, terlalu sakit untuk hidup terlalu takut untuk mati, mengambang. Kata
yang tepat untuk melukiskan keadaan. Mengambang antara bertahan hidup dan
menderita, mengambang antara teman dan cinta, mengambang pula antara sedih dan
bahagia, mengambang antara bersyukur dan mengeluh. Semua serba di tengah-tengah.
Aku tak tahu mulai kapan perasaan ini muncul. Mungkin sejak kita tahu bahwa sesungguhnya
matahari terbit dari barat ke timur, namun karena perputaran di bumi ini
membuat seakan-akan sang pangeran terbit dari timur ke barat. Mungkin semenjak
para pejabat mulai suka menggerogoti harta rakyat atau mungkin semenjak
pemerintah demokrasi sudah seperti dinasti kekeluargaan. Entahlah, yang aku
tahu pasti aku sudah lelah.
Kapan aku bisa menikmati waktu bebas?
Aku memang bukan tawanan tapi aku juga bukan orang bebas. Mengambang. Kapan aku
bisa melihat ibu ku bahagia? Iya dia masih hidup dengan sehat tapi dia juga masih
penuh tangis. Kapan aku bisa berguna? Aku bukan sampah pemerintah tapi juga
bukan yang sangat membantu negara. Mengambang. Kapan aku dicintai? Aku tidak
patah tapi juga tidak kesepian. Mengambang. Ingin rasanya aku menjatuhkan diri
ke laut, membiarkan air laut menggerus ku, membiarkan panas nya sinar matahari
membakar ku, membiarkan diri ku menjadi makanan makhluk laut toh aku juga sudah
tidak bisa merasakan apa-apa, lagi-lagi aku takut dengan kematian itu sendiri.
Takut jikalau harus bertemu dengan penghuni neraka yang menganggap ku
mengambang dan harus di hukum di dalam bara api.
Oh, Ibu mengapa Kau harus lahirkan aku
jika hidup ku ini tidak bisa membuat mu bahagia.Ibu selalu tersenyum dengan
segala pekerjaan mengambang ku, tidak bagus juga tidak buruk. Ibu, kenapa
Engkau begitu baik kepada aku yang mengambang ini, tidak kah engkau menyesal
telah mengandung dan melahirkan ku? Maaf kan aku yang mengambang ini yang belum
bisa menghentikan tangis mu.
Oh dunia, tidak cukup kah segala penat
yang telah kau berikan kepada ku dan ibu ku? Aku tidak mau berhenti berjuang,
tapi kadang segala tekanan membuat ku tidak di atas maupun di bawah.
Mengambang. Kadang yang salah semakin benar, yang benar semakin menderita.
Apakah hukum alam juga mengalami pergeseran dan ikut mengambang?
Ah ya, biarlah sudah tangis yang tak
jatuh dan senyum yang tak tersungging ini menghiasi wajah ku agar semakin
mengambang wajah, nasib dan hidup ku. Berharap saja kepada tali Nelayan untuk
membebaskan aku dari keadaan mengambang ini. Aku sudah berjuang keras dan
biarlah yang dari permukaan sana yang menilai apakah aku layak lepas dari
keadaan mengambang ini.
0 komentar:
Posting Komentar