Aku enggak tahu mulai kapan kamu ada di benak ku,
mulai kapan aku mencoba untuk mencari mu yang aku tahu pasti, kamu sangat
membekas. Walau singkat bagi waktu tapi tak begitu dengan hati ini. Hari itu
aku ingat dengan jelas, jam sudah menunjukan waktu petang, aku datang ke tempat
itu dengan bercucur air mata, aku hanya duduk diam tak mampu berbicara. Tatapan
mu penuh tanya tapi yang terdengar hanya deru angin malam sampai akhirnya kau
mengutarakan lelucon yang membuat bibir ku melengkungkan senyum nya. Sungguh
ternyata kau lakukan itu hanya untuk mengukir sebuah tawa, terharu itu membuat
kau sangat berarti. Rembulan pun mulai menari, sunggu malam itu indah. Kau
duduk menanti ku untuk yakinkan aku selamat. Tak ada yang pernah memperlakukan
ku seperti itu, tidak sampai sekarang. Andai saja kau tahu perasaan ini tak
kunjung padam walau bulan dan matahari sudah saling berganti tahta. Sayang,
waktu itu engkau sudah ada yang punya. Siapa aku? Siapa kamu? Siapa kita? Tidak
kah kita hanya sebatas teman? Hak apa untuk menyatakan rasa terpendam
ini?
Masa
indah ketika kita mencuri pandang, saling bertukar cakap, tertawa sudah kita
lewati dan sudah saat nya waktu memisahkan kita. Engkau kembali kepada
perempuan itu dan aku tetap di sini menanti. Menanti episode yang tepat untuk
mengambil perhatian mu, namun alam tidak mengijinkan. Tangis pun tak ada
gunanya, karena memang aku dan kamu tidak saling memiliki. Kecewa? apa arti
kata ini jikalau begitu sempurna. Menyesal? Apa kekuatan kata ini, karena
bertemu mu adalah kesengsaraan yang indah.
Kau bukan hanya melukis rangkaian kasih malam itu, kau
sudah mengukir nya dengan begitu indah dan rapi nya di jurnal hidup ku. Ku tak
cemburu dengan kehidupan cinta mu karena kamu bukan milik ku tapi bolehkah aku sekali
saja menyentuh senyum mu? Boleh kah aku mengulas sedikit goresan kisah kasih
ini? Boleh kah aku hadir di hidup mu walau sejenak untuk merasakan betapa
tenang berada dalam balutan perhatian mu? Dan yang terutama bolehkah aku menguraikan
perasaan lama bertahun-tahun ini?
Untuk kamu yang sudah memberikan memori tentang senyum
manusia yang terindah, trimakasih karena kejadian itu begitu manis dan tak
lekang oleh rintik hujan. Aku masih bisa mengingat nya sejelas ketika malam itu
terjadi, sejelas aku memandang bersinar nya kulit dan berkilau nya mata mu.
Mungkin aku terlalu berlebih memikirkan kau ingin kan ku, tapi biar lah sudah
perasaan di campakan ini menderu asal aku tetap bisa memeluk mu dan mengagumi
dari jauh walau tak tersentuh.
Peluk mesra dari seorang wanita yang hanya sepintas di
hidupmu dan mendamba cinta dari engkau yang empunya senyum terindah.
1 komentar:
huehe sangaar
Posting Komentar