Surabaya, 3 Januari 2016 (19.23)
Surabaya hujan.
membuat perasaan jadi adem, tenang, dan selalu berhasil membuat aku kembali ke kehidupan.
Hampir semua suka klo hujan turun
petani
anak-anak
manusia-manusia yang merasa udara udah terlalu panas
penjual wedang jahe
dan
aku
Mungkin beberapa ada yang gak suka juga sih, kayak mak-mak yang jemurannya belum kering, penjual es krim atau penjual baju ala summer time.
Anyway, saat hujan, aku selalu mendapat gagasan baru. Entah ide, entah refleksi, entah ketenangan hati, entah rindu atau cinta. Hari ini aku akan membagikan beberapa hal tersebut
PERTAMA
hujan kali ini tepat waktunya setelah aku selesai membaca "Berjuta Rasanya" dari Tere Liye (He is definitely my favorite author). Di novel ini, dia membahas banyak persoalan cinta, nasib dan waktu. Jenis nya, tragedinya, berbagai macam hal yang bahkan diluar dugaanku saat membaca. Sangat indah dan menyadarkan. Buku ini bukan seperti novel nya yang lain melainkan kumpulan cerita pendek.
Aku termenung dengan cerita no. 13 tentang putaran waktu dan nasib. Di bagian ini Tere Liye coba mengatakan bahwa segala hal yang biasa kita sebut beruntung, sial hanya berdasar paradigma.
" Bagaimana kalian tahu seseorang yang baru dipecat dari kantornya, lantas kehilangan mobil, sekaligus diceraikan istrinya berarti ia sedang bernasib sial? Itu hanya soal stigma masyarakat. Bagaimana pula kalian bisa menyimpulkan seseorang yang mendapatkan pekerjaan baru, gaji tinggi dan prospek karier hebat berarti ia sedang bernasib baik? Itu lebih karena kalian mempercayai dogma yang ada di lingkungan kalian " Berjuta Rasanya - Tere Liye
Ya, itu salah satu kutipan yang menyentak seluruh ketidak terimakasih ku terhadap Pencipta.
Seharusnya aku tidak pernah merasa sedang sial, karena aku - kita tidak pernah tau pararel apa yang sedang terjadi di waktu yang sama. (mungkin dengan membaca sendiri kisah dari buku ini, kalian bisa lebih mengerti arti ucapanku ini) kadang dengan sial menurut pandangan masyarakat bisa jadi bagi pararel waktu lain, itu sangat menguntungkan untuk kedepan nya, karena kita tidak pernah tahu.
Itu hal pertama yang kudapat di Hujan tahun 2016 ini dari membaca sebuah buku yaitu tentang nasib dan waktu.
KEDUA
Hujan kali ini selain ditemani buku karya Tere Liye, aku di temani HP ku yang teronggok tidak ada notifikasi, laptop yang berkedip-kedip menunggu ku menyelesaikan tulisan ini serta kipas angin yang menderu dan pastinya tetesan air hujan yang jatuh ke atap rumah.
Setiap Hujan, aku tidak ingin memasang lagu melalui headset.
Alunan air hujan dari ritem jazz manapun di dunia
Melodi denting yang ada lebih menenangkan daripada lagu ballad nya adele
aroma nya lebih mendayu daripada parfum di hotel mewah
udara dan semua tentang hujan, membawa ku menjadi diri sendiri
Aku rasa, gak cuma aku yang merasakan. Banyak dari kalian yang sedang membaca ini akan merasakan hal yang sama. Hujan selalu memanggil kenangan, baik-buruk. Semua kembali menjadi sebuah cerita dan hanya kita sendiri yang merasakan.
Kalau ada orang bilan, kalau pas hujan pasti galau. Kalau hujan pasti ingat mantan.
ada juga Hujan itu, bisa enaknya dibuat nangis dan sebagainya
tapi boleh ya aku bilang
Hujan selalu membuat ku memeluk semua memori dan berdamai dan setelah hujan reda (ada atau tidak ada pelangi di langit) selalu ada 7 warna cakrawala di hati.
aaaahhhhhh ya , aku selalu senang hujan.
dan memori yang kubawa pada hujan bulan Januari adalah melepas cinta.
tentang orang yang selalu kukagumi, tentang orang yang juga pernah singgah.
Aku rasa, sudah saatnya , aku berdamai dengan rasa ingin memiliki dan bisa melepas
jika memang untuk ku maka cinta akan kembali
dan yah
kesepian (selalu jadi momok ku)
aku rasa hanya perlu sedikit perhatian dengan sekitar, maka cinta akan kita temui di setiap sudut kehidupan.
Hujan, sudah berhenti cukup lama
Usai sudah cerita Hujan ku
0 komentar:
Posting Komentar